Bukan Sekadar Tempat Spiritual
Dalam area seluas 750 meter itu terdapat tiga kuil Buddha yang dimiliki oleh komunitas warga Tiongkok, Kamboja, dan Vietnam.
Kepala dari kuil milik komunitas Vietnam, Thich Thien Tam, pertama kali datang ke Australia sebagai pengungsi.
Dengan bantuan komunitas setempat, ia mendirikan kuil di kawasan yang tadinya tempat pembuangan sampah. Tapi menurutnya ia sesuai dengan semangat Buddha yang mengubah keburukan menjadi keindahan.
"Seperti bunga lotus yang ditanam di lumpur dan tumbuh untuk berdiri tegak di bawah matahari, kuat saat diterpa angin, dan harum," ujarnya.
"Kita sekarang berada di tanah yang dulunya pembuangan sampah dan sekarang Buddha memberikan kebaikan, kasih sayang, kedermawanan, dan pendidikan."
Ia mengatakan meski ada banyak kuil Buddha di daerah itu, mereka punya peran di masyarakat dan untuk bersama-sama merayakan hari-hari besar dalam agama Buddha, seperti hari kelahiran Buddha.
"Sejarah Buddha di Australia dimulai sekitar tahun 1850an saat periode emas berlimpah di Australia, di mana ada banyak pendatang dari Tiongkok yang paham soal agama dan filosofi Tiongkok," kata Dr Halafoff.
"Biasanya campuran dan konfusianisme, Taoisme and Buddha."
Di saat menurunnya jumlah pemeluk Kristen dan meningkatnya ateisme di Australia, kelompok agama-agama minoritas bertambah secara signifikan
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki