Bukit Wangbuliao

Oleh: Dahlan Iskan

Bukit Wangbuliao
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Anda jangan iri: saya diajak makan wang bu liao lagi. Gratis lagi.

Tempatnya istimewa. Di rumah baru seorang teman. Rumah peristirahatan. Di puncak bukit Taman Dayu, dekat Tretes.

Pemandangan senja dari roof top-nya istimewa. Bukit. Lembah yang dalam, puncak dua gunung yang menjulang tinggi, tebing terjal dengan batu-batu lebih besar dari gajah.

Baca Juga:

Bukit Wangbuliao

Pemandangan malamnya tak kalah menakjubkan. Cahaya dari lapangan golf, dari berbagai vila, dari perkotaan nan jauh di bawah sana.

Taman rumah itu sendiri tidak kalah menakjubkan: pohon-pohon langka dirawat dengan hati. Ada tiga pohon yang tumbuhnya dari dalam batu besar. Pasti lebih mahal dari mobil saya.

Baca Juga:

Ada pohon bodi –konon dari sedikit pohon yang tetap mengeluarkan oksigen di malam hari. Seharusnya saya bertapa berhari-malam di bawah pohon itu seperti Buddha sang resi.

Anda sudah tahu wang bu liao (Disway, 3 Juli 2023: Wang Buliau). Yang istimewa kali ini masaknya: Tan Fajar Surya, si pemilik ternak wang bu liao, harus ke Malang dulu.

Saya justru tertarik dengan latar belakang pemilik rumah ini: dia kini pemilik pabrik tepung ikan terbesar di Indonesia. Segala macam ikan tidak laku ditampung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News