Bukit Wangbuliao

Oleh: Dahlan Iskan

Bukit Wangbuliao
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Dia mencari koki terbaik yang pernah dia tahu. Di Malang ada resto kelas atas bernama KDS. Prof Pry pasti tahu itu.

Baca Juga:

Maka wang bu liao dilarikan lewat tol dulu ke Malang. Dia sendiri yang membawa dari Surabaya ke kota berjarak 90 km itu. Dijaga agar tetap hidup. Dimasak di KDS. Lalu dibawa balik dengan kontainer khusus ke Taman Dayu.

"Nikmat yang mana lagi yang masih engkau dustakan."

Dua meja makan penuh. Meja wanita terpisah agar mereka bisa lebih asyik bicara baju dan perhiasan.

Saya justru tertarik dengan latar belakang pemilik rumah ini: dia kini pemilik pabrik tepung ikan terbesar di Indonesia. Segala macam ikan tidak laku dia tampung.

Pun ikan yang sudah membusuk. Digiling sekalian dengan tulangnya. Untuk makanan ternak, pupuk, dan makanan ikan.

Namanya: Teguh Wijaya. Umur 67 tahun.

Dia tidak tamat sekolah apa pun. Pun tidak tamat SD. Sekolahnya hanya sampai kelas tiga di Desa Mojosari, tempatnya lahir.

Saya justru tertarik dengan latar belakang pemilik rumah ini: dia kini pemilik pabrik tepung ikan terbesar di Indonesia. Segala macam ikan tidak laku ditampung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News