Bukit Wangbuliao

Oleh: Dahlan Iskan

Bukit Wangbuliao
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Dari cincau, Teguh mencari pekerjaan yang lebih baik: dagang gabah. Hasilnya lebih banyak.

Dia bisa mulai beli sepeda motor. Kian maju. Gabah yang dibeli kian banyak. Dia perlu truk.

Kebetulan ada truk bekas yang dijual: merek Dodge. Yang mesinnya sudah diubah menjadi diesel. Pemiliknya lagi B.U. Bisa dicicil enam bulan.

Teguh berhitung: hasil dagang gabahnya bisa untuk mencicil.

"Setelah empat bulan pemiliknya minta dilunasi. Harganya dipotong. Saya lunasi. Saya sudah punya tabungan," kata Teguh mengenang.

Dari gabah, Teguh mengenal dedak –tepung selaput beras yang terpisah saat gabah digiling jadi beras. Dedak untuk makanan ternak.

Teguh pun dagang dedak. Maka bertambahlah pengetahuan Teguh. Tahu seluk-beluk makanan ternak.

Dari situlah ilmu makanan ternak dia dapat. Untuk akhirnya membuat pabrik tepung ikan.

Saya justru tertarik dengan latar belakang pemilik rumah ini: dia kini pemilik pabrik tepung ikan terbesar di Indonesia. Segala macam ikan tidak laku ditampung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News