Bulgalbi Ortodoks

Oleh: Dahlan Iskan

Bulgalbi Ortodoks
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Sang penceramah, sang imam, dan yang berkhotbah satu orang. Tua sekali. Beserban. Suaranya lirih.

Pengeras suaranya tidak berfungsi dengan jelas. Nada khotbahnya datar. Membosankan.

Di sana rupanya tidak ada pengkhotbah yang semuda dan seganteng pendeta Philip Mantofa yang jadi pujaan anak muda di gereja Mawar Sharon.

Dari masjid, saya minta diantar ke gereja terbesar Kristen Ortodoks di Makelle. Jaraknya lima menit perjalanan mobil.

Dari jauh bangunan itu saya kira masjid. Berkubah-kubah. Gerbangnya lengkung-lengkung seperti islami. Itulah gereja Kristen Ortodoks terbesar di Makelle.

Jalan masuknya masih tanah. Tanah kering. Halamannya juga masih tanah.

Gerbang itu belum sepenuhnya jadi. Baru sepertiga jadi. Kelihatan sekali: pendanaannya seret.

Semua pintunya terkunci. Saya putari gereja itu. Siapa tahu ada pintu belakang yang terbuka. Tidak ada.

Tiba kembali di Makelle saya bersiap salat Jumat. Pada pukul 06.45 masjid sudah hampir penuh. Jumatan di pukul 07.00? Aneh? Bukan tengah hari?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News