Bulu Binatang Kembali Populer di Fashion
jpnn.com - SYDNEY - Penggunaan bulu binatang di dunia fashion kembali populer. Hal ini merujuk laporan World Society for the Protection of Animals. Tanpa disadari sudah jutaan binatang yang dibunuh hanya demi kemewahan pakaian dunia fashion.
Menurut lembaga tersebut, 80 persen bulu binatang asli dipasok di China. Negara ini tidak memiliki peraturan dan undang-undang berkaitan dengan perlindungan binatang.
Seperti yang dilansir ABC, Rabu (2/10), revolusi fashion pernah terjadi di tahun 90-an saat adanya gerakan antipenggunaan bulu binatang. Kala itu, siapapun yang memakainya bisa langsung menjadi sasaran dari gerakan tersebut.
Pada 1994, sejumlah supermodel ternama dunia, seperti Naomi Campbell, Claudia Schiffer dan Elle Macpherson pernah dengan bangganya berpose telanjang untuk PETA atau gerakan pemerhati binatang. Para supermodel itu mengangkat slogan, "lebih baik telanjang dari pada memakai bulu-bulu binatang."
Pasca kampanye tersebut, pembunuhan terhadap binatang-binatang demi kemewahan fashion dianggap sebagai tindakan yang sia-sia. Namun, tanpa diduga penggunaan bulu-bulu binatang untuk pakaian, jaket, mantel, dan aksesoris kembali muncul.
Majalah Vogue di Inggris melaporkan adanya penggunaan bulu-bulu binatang saat pagelaran busana untuk musim gugur dan dingin 2013. Majalah tersebut mengungkapkan hampir 70 persen desainer ternama menggunakan bulu binatang asli.
Lantas dari manakah bulu-bulu binatang ini berasal? Mereka yang pro dengan penggunaan bulu binatang menyatakan bulu-bulu ini didapatkan dari hewan-hewan yang telah dimanfaatkan dagingnya. Namun klaim ini dianggap tidak berdasar.
Perdagangan bulu-bulu binatang di dunia kebanyakan berasal dari bulu musang dan rubah. "80 persen dari industri bulu-bulu binatang berasal dari ternak yang di kandang sempit, mereka kehilangan kualitas hidupnya dan kemampuan untuk berperilaku sesuai insting alamiahnya," ujar juru bicara Animals Australia.