BUMN Harus Perbaiki Komunikasi saat Hadapi Krisis

jpnn.com, JAKARTA - Pakar ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, saat ini BUMN terus mengembangkan korporasi seperti mengakuisisi beberapa pembangunan.
Hal itu memunculkan fenomena atau fakta yang menyebutkan bahwa BUMN menjadi konglomerat atau konglomerasi.
“Tidak bisa dimungkiri bahwa dengan adanya konglomerasi BUMN akan ada kecemburuan dari industri lain,” kata Prasetyantoko dalam diskusi ilmiah bertajuk Bedah Kasus Krisis BUMN: Multi-Perspektif di Kampus 3 BSD, Jumat (23/8).
Di sisi lain, sambung Prasetyantoko, gencarnya pembangunan membuat modal BUMN tidak cukup.
“Mereka harus berutang dan itu merupakan suatu kerawanan sendiri bagi BUMN,” ungkap Prasetyantoko.
BACA JUGA: Kementerian BUMN Rekrut 3.311 Calon Pegawai
Dia menilai posisi BUMN tidak terlalu mudah. Sebab, BUMN harus mengatur ekspektasi dari publik dan industri lain.
Oleh karena itu, diperlukan tata kelola manajemen BUMN yang baik. BUMN juga harus memperbaiki komunikasi ketika menghadapi krisis.
Pakar ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, saat ini BUMN terus mengembangkan korporasi seperti mengakuisisi beberapa pembangunan.
- Cerita Ibu Srikandi TASPEN untuk Anak Indonesia Rayakan HUT ke-62
- 1.440 UMKM di Sultra Terima KUR Rp182,4 M dari Bank Mandiri
- Di Webinar NARBO, Perum Jasa Tirta II Tegaskan Peran Strategis di Tingkat Asia
- TASPEN Rayakan 62 Tahun Penuh Kepedulian, Beri Bantuan Kursi Roda ke Peserta Pensiun
- Perjalanan Gemilang 62 Tahun TASPEN: Ini Sederet Inovasi dan Transformasi Layanan
- Kehadiran Rumah Layak Huni di Karawang Jadi Bukti Kepedulian Peruri