BUMN Harus Perbaiki Komunikasi saat Hadapi Krisis
jpnn.com, JAKARTA - Pakar ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, saat ini BUMN terus mengembangkan korporasi seperti mengakuisisi beberapa pembangunan.
Hal itu memunculkan fenomena atau fakta yang menyebutkan bahwa BUMN menjadi konglomerat atau konglomerasi.
“Tidak bisa dimungkiri bahwa dengan adanya konglomerasi BUMN akan ada kecemburuan dari industri lain,” kata Prasetyantoko dalam diskusi ilmiah bertajuk Bedah Kasus Krisis BUMN: Multi-Perspektif di Kampus 3 BSD, Jumat (23/8).
Di sisi lain, sambung Prasetyantoko, gencarnya pembangunan membuat modal BUMN tidak cukup.
“Mereka harus berutang dan itu merupakan suatu kerawanan sendiri bagi BUMN,” ungkap Prasetyantoko.
BACA JUGA: Kementerian BUMN Rekrut 3.311 Calon Pegawai
Dia menilai posisi BUMN tidak terlalu mudah. Sebab, BUMN harus mengatur ekspektasi dari publik dan industri lain.
Oleh karena itu, diperlukan tata kelola manajemen BUMN yang baik. BUMN juga harus memperbaiki komunikasi ketika menghadapi krisis.
Pakar ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, saat ini BUMN terus mengembangkan korporasi seperti mengakuisisi beberapa pembangunan.
- Berdikari Berkomitmen Beri Harga Terjangkau untuk Daging Ayam hingga Kerbau
- Kinerja BUMN Melesat di Tahun Ini, Dividen Tercapai 100% Senilai Rp 85,5 Triliun
- Kementerian BUMN Setorkan Dividen ke Negara Rp 85,5 Triliun, Optimistis Meningkat 2025
- Saham TLKM Anjlok, Telkom Butuh Penyegaran & Strategi Baru
- Pertamina Eco RunFest 2024: Carbon Neutral Event untuk Kampanye Sustainable Living
- Diikuti 12.300 Pelari, Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar