BUMN Harus Perbaiki Komunikasi saat Hadapi Krisis

BUMN Harus Perbaiki Komunikasi saat Hadapi Krisis
Diskusi ilmiah bertajuk Bedah Kasus Krisis BUMN: Multi-Perspektif di Kampus 3 Universitas Atma Jaya. Foto: Atma Jaya

“Manajemen krisis yang baik akan meningkatkan valuasi perusahaan serta kepercayaan pemerintah dan publik. Karena pemerintahan yang baik,  kualitas yang baik kalau tidak ada komunikasi publik yang baik tidak akan punya dampak,” tegas Prasetyantoko.

Perwakilan Pricewaterhouse Coopers Daniel Rembert mengamati kasus BUMN dari perspektif strategi manajemen.

Dia mengatakan, BUMN ini tidak terlalu siap dalam menghadapi suatu krisis. BUMN juga cenderung tidak mempunyai strategi khusus dalam menghadapi krisis.

Selain itu, fungsi public relations (PR) juga tidak dimaksimalkan sebagai calm center yang menenangkan baik publik internal maupun eksternal.

“Seharusnya mereka bersikap seperti apa dan bagaimana proses recovery-nya. Bahkan dalam  proses perbaikan krisis itu tidak hanya memperbaiki manajemen perusahaan, tetapi juga reputasi perusahaan tersebut karena reputasi itu penting,” tutur Daniel.

Perwakilan Bulog Benny Siga Butarbutar menjelaskan, krisis harus dihadapi, bukan ditinggal lari.

“Di sini bisa dilihat pentingnya kapasitas pembangunan (capacity building) untuk seorang PR di BUMN, khususnya di dalam membentuk persepsi publik,” jelas Benny.

Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan mengatakan, pada dasarnya media bertugas melayani kepentingan publik.

Pakar ekonomi sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, saat ini BUMN terus mengembangkan korporasi seperti mengakuisisi beberapa pembangunan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News