Bumper-Bumper Besar di Tengah Krisis Besar
Senin, 30 Juli 2012 – 03:58 WIB
Lima belas pabrik baru tersebut termasuk: (1) Oleokimia di Sumatera. Selama ini BUMN hanya berhenti memproduksi CPO dari kelapa sawit. Tidak berani masuk ke hilir. Akibatnya, nilai tambah kelapa sawit tidak dinikmati di dalam negeri. Karena itu, tiga bulan lalu saya memutuskan agar PTPN berani membangun industri oleokimia skala di atas satu juta ton setahun. Akhir tahun ini juga sudah harus dimulai. Inilah pabrik oleokimia pertama yang akan dimiliki BUMN.
Perhutani harus membangun (2) pabrik gondorukem yang besar di Pemalang, Jawa Tengah. Hutan pinus yang luas milik Perhutani di Jateng harus mempunyai nilai tambah bagi Indonesia. Pohon-pohon pinus itu bisa dideres. Getahnya menjadi gondorukem. Gondorukem diolah menjadi derivatif yang merupakan bahan cat, parfum, campuran kertas, bahan tinta, bahan campuran untuk ban mobil, dan sebagainya.
Yang lebih penting, dengan berdirinya pabrik itu ada 10.000 lapangan kerja baru. Diperlukan banyak sekali getah pinus yang hanya bisa didapat kalau ada 10.000 tenaga penderes. Sebuah lapangan kerja yang besar untuk pedesaan di sekitar Pemalang. Inilah, seperti dikemukakan CEO Perhutani Bambang Sukmanantio, pabrik pertama gondorukem milik Perhutani sendiri.
Mendadak jajaran BUMN kini juga berpikir bagaimana agar tanah-tanah Perhutani dan PTPN bisa dimanfaatkan untuk menanam tempe, eh, kedelai secara besar-besaran. Terutama di kebun yang tanamannya belum berumur tiga tahun. Di sela-selanya tentu bisa dimanfaatkan untuk menanam bahan baku tahu, tempe, dan tauco.
SAMBIL mengikuti sidang kabinet yang membicarakan pertumbuhan ekonomi di Kementerian Perindustrian Jumat lalu, saya iseng-iseng mengingat di luar
BERITA TERKAIT