Bung, Ayok Ke Palangka...
Ketika mendekati pintu gerbang pedalaman Dayak di Kuala Kapuas, bunyi genderang telah sampai di telinga, sebelum rombongan selesai melingkari belokan terakhir.
Sejurus kemudian, prajurit-prajurit Dayak berpakaian menakjubkan melingkarkan biduk mereka di depan kapal yang membawa Bung Karno.
Ketika presiden menjejakkan kakinya di pantai, orang-orang mempersilakannya naik joli yang indah. Si Bung menolak. Sebaliknya ia letakkan bendera merah putih di atas joli. Dan lalu bergabung dengan orang banyak mengobarkan bendera itu.
"Soekarno mengatakan kepada orang banyak itu, bahwa semangat proklamasi 45 masih hidup di Kalimantan," tulis Gerry van Klinken dalam Pembentukan Provinsi Dayak di Kalimantan, termuat dalam buku Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an.
"Dan bahwa orang-orang asing yang mengatakan kalimantan ingin memisahkan diri terbukti salah," sambung Bung Karno, sebagaimana dicuplik Gerry.
Kisah senada juga diceritakan oleh Sabran Ahmad, saksi mata peristiwa itu.
"Soekarno menumpang kapal selama dua hari dua malam menyusuri sungai dari Banjarmasin," katanya sebagaimana ditulis R. Masri Sareb Putra dalam buku 101 Tokoh Dayak yang Mengukir Sejarah.
Sabran yang di kemudian hari menjadi Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah mengenang, mereka bertolak dari Kabupaten Kapuas menuju Palangkaraya untuk merajut masa depan yang lebih baik.
PESAWAT mendarat mulus di Bandar Udara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Nama bandara ini melambungkan nostalgia pada masa-masa ketika
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- Pemda Batang Sambut Baik Gagasan PMB Tentang Penulisan Sejarah
- Presiden Jokowi Apresiasi Blok Rokan, Ini Paling Terbesar dan Produktif dalam Sejarah