Bung Hatta Sosok Sederhana, Cenderung Ingin Tampil di Belakang Layar
Hatta mengkritik demokrasi Barat yang dianggap lalai terhadap tujuan awal berdirinya demokrasi yaitu liberte (kebebasan dan kemerdekaan), egality (persamaan), dan fraternite(persaudaraan).
“Jadi, menurut Hatta, demokrasi Barat telah tercerabut dari akarnya sendiri,” ungkap Burhanuddin.
Dari sinilah kemudian Hatta memberikan narasi demokrasi dengan apa yang dia ambil dari nilai-nilai berdasarkan Islam.
“Tentu bukan Islam yang eksklusif, tapi Islam yang menitikberatkan pada pada kebenaran dan keadilan sosial,” lanjut Burhanuddin.
Hal kedua yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi seorang Bung Hatta, selain ditunjang oleh konsep Islam yang berkeadilan, yakni adanya nilai-nilai asli demokrasi Indonesia yang disebut kekeluargaan dan kebersamaan.
Hal ketiga adalah pemikiran sosialisme yang berperikemanusiaan.
“Tiga hal inilah yang menjadi latar belakang pemikiran demokrasi Hatta,” tegas Burhanuddin.
Pria kelahiran 15 Desember 1977 itu mengatakan, jika dibandingkan pemikiran demokrasi Bung Hatta, gagasan-gagasan tersebut merupakan konsep yang saat ini dikembangkan oleh negara-negara berhaluan sosial demokrat.
Berbeda dengan Soekarno, Bung Hatta lebih banyak dikenal sebagai man of work, orang yang bekerja di belakang layar.
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Survei Polling Institute: PDI-P Berpotensi Keok di Jabar XI
- DPR Dukung Penuh Menko Polkam Lindungi Pelajar dari Judi Online
- Calon PDIP Kalah di SMS, Yoshua: Efek Maruarar Sirait Pindah ke Gerindra
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng
- Hasto PDIP Sebut Kedekatan Anies dengan Pram-Doel Akibat Demokrasi yang Dikebiri