Bunuh Novel

Oleh: Dahlan Iskan

Bunuh Novel
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Begitu rapi pembunuhan guru kuliner ini. Tidak ada sidik jari. Tidak ada jejak telapak. Terutama dari arah mobil berhenti ke dapur sekolah.

Memang diakui, Nancy sempat berhenti tidak jauh dari sekolah kuliner. Itu karena dia tiba-tiba punya ide penulisan. Yang harus dia catat. Agar tidak lupa.

Saya belum menemukan salah satu pembaca Disway yang bisa mereka-reka peristiwa seperti ini. Mengapa begitu sempurna.

Apa pula motifnya. Soal cinta? WIL? PIL? Atau ketidakpuasan di ranjang?

Nancy mengaku hubungan ranjang dengan sang suami tidak ada masalah. Memang ada saja persoalan dalam rumah tangga. Biasa. Tapi lebih banyak yang menyenangkan daripada yang menjengkelkan.

"Saya itu pemuja suami. Ia hebat. Ia juga pemuja saya," ujar Nancy, tanpa takut disanggah suami.

Nancy pertama bertemu Daniel di sekolah masak di Portland. Bukan sekolah yang itu. Sudah tutup.

Dia sendiri lahir di dekat Houston, Texas. Sekolah di situ. Kuliah di situ. Kawin di situ: dengan seorang polisi. Dia tidak mau sang suami menyimpan senjata di kamar tidur. Mungkin dia hanya mau ada satu jenis senjata saja di ranjang itu.

Nancy tidak puas hanya membunuh di dalam novelnyi. Membunuh di novel hanya dapat honor. Membunuh di luar novel dapat asuransi. Plus penjara seumur hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News