Bunuh Novel

Oleh: Dahlan Iskan

Bunuh Novel
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Nancy bercerai. Dia pun merantau jauh ke utara. Ke Portland. Lebih dingin. Lebih banyak hujan.

Di Portland Nancy kursus masak. Daniel mengajar di sekolah yang sekarang sudah tutup itu. Nancy mengagumi kehebatan Sang guru. Jatuh cinta. Daniel sendiri berstatus duda.

Tujuh tahun mereka saling menjajaki kecocokan. Lalu kawin. Selepas sekolah masak Nancy sendiri usaha kuliner. Catering. Maju. Sempat punya karyawan sampai 25 orang.

Daniel, empat tahun lebih muda dari Nancy, terus menjadi pengajar kuliner. Ketika sekolah yang pertama tutup Daniel ikut mendirikan Oregon Culinary Institute. Hampir 20 tahun Daniel mengajar di situ. Pendapatannya sekitar USD 40 ribu setahun.

Dengan gaji sebegitu ia bisa menabung untuk hari tua. Berarti Daniel hemat sekali.
Nancy punya penghasilan lebih besar. Sampai USD 500 ribu. Di masa kejayaan kateringnyi.

Lalu datanglah bencana buatan manusia: Twin Tower World Trade Center New York ditabrak pesawat penumpang yang dibajak teroris. Hancur. Perang apa pun menyulitkan ekonomi. Termasuk perang pada terorisme akibat 9/11 itu.

Bisnis katering Nancy terpengaruh. Dia mem-PHK separo karyawannyi. Lalu tutup sama sekali.

Nancy masih merasa punya kelebihan lain: menulis. Sejak mahasiswi Nancy sudah merasa punya bakat menulis. Dia pernah bikin tulisan berjudul nakal: Di antara Udel dan Dengkul. Dia juga sering menulis pamflet. Dia pun masuk grup penulis di Portland.

Nancy tidak puas hanya membunuh di dalam novelnyi. Membunuh di novel hanya dapat honor. Membunuh di luar novel dapat asuransi. Plus penjara seumur hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News