Bunuh Novel

Oleh: Dahlan Iskan

Bunuh Novel
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Hari itu saya naik bus dari Chicago ke Cleveland. Busnya –Big Bus Express– berhenti satu jam di Toledo. Di terminal dekat taman kota yang besar. Beberapa orang terlihat merunduk-runduk di bawah pohon besar. Saya ingin tahu apa yang mereka kerjakan. Ternyata mencari jamur liar. Dibawa pulang. Dimasak.

Saya ikut merunduk-runduk. Hampir satu jam. Hanya dapat satu jamur. Kecil. Sedang mereka sudah dapat satu kantong plastik.

Banyak siswa Daniel yang mengenang khusus soal jamur ini. Inilah ajaran Daniel soal mencari jamur: "Kalau Anda ke sebuah taman, lalu Anda lihat ada pohon besar, di bawah pohon itulah tempat jamur terbanyak."

Siswa lainnya selalu ingat ajaran Daniel yang lain: "Anda bisa bekerja lebih cepat kalau menghilangkan kebiasaan Anda berjalan lambat."

Nancy, dalam pidato di tempat parkir itu mengutip ajaran sang suami: "Hidup ini tidak harus jadi peneliti. Tapi janganlah berhenti melakukan pencarian".

Dan Nancy terus mencari cara bagaimana bisa mengurus pencairan asuransi jiwa almarhum.

Pengurusan asuransi itulah yang dijadikan titik tolak polisi. Empat tahun polisi baru bisa membawa perkara ini ke pengadilan. Peristiwa penembakannya sendiri terjadi tahun 2018. Sidang pengadilannya dimulai di awal tahun 2022.

Jalannya sidang pengadilan hanya satu bulan. Tepatnya 6 minggu. Jaksa bisa meyakinkan 12 dewan juri. Mereka memutuskan: Nancy bersalah.

Nancy tidak puas hanya membunuh di dalam novelnyi. Membunuh di novel hanya dapat honor. Membunuh di luar novel dapat asuransi. Plus penjara seumur hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News