Bupati Biak Numfor: Jangan Terpancing Isu Rasisme

Bupati Biak Numfor: Jangan Terpancing Isu Rasisme
Republik Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Ilustrasi Foto: Dispen Koarmada II

Bagi dia, ekspresi seperti itu tidak bisa dihindari, karena terkait penafsiran orang yang berbeda. Asal dijelaskan dijawab maka persepsi orang akan lebih baik lagi ke warga Papua.

Dia menyatakan bahwa rasisme timbul karena ada tingkat superioritas berdasarkan warna kulit.

Namun indonesia menurutnya adalah negara Bhinneka Tunggal Ika dengan berbagai macam warna kulit. Karena itu cara menyikapi rasisme tidak harus dengan kerusuhan.

“Keseluruhan warga Indonesia harus diedukasi agar tetap bisa menghargai hidup dalam keberagaman. Tidak usah diadakan asrama, agar mahasiswa Papua dapat berbaur dan menyatu dengan semua pihak dan bisa berbaur dengan suku manapun, sama seperti kondisi mahasiswa Papua dulu,” ujar Thomas.

Wakol Yelipele, Ketua PMKRI Papua, menambahkan, rasisme bukan hanya terjadi kepada orang Papua. Rasisme ada di mana-mana di segala golongan.

Dia meminta agar tidak memisahkan antara Papua dan Indonesia, tetapi bersama menyatukan. Karena itu, organisasi mahasiswa gencar bekerja sama memerangi rasisme lintas golongan organisasi.

Juga, rutin berkeliling Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan dan untuk menyatukan Indonesia.

Mahasiswa Papua berada di posisi tengah yang tidak memihak siapapun dan mengutamakan untuk keadilan, kesejahteraan antar wilayah se-Indonesia.

Bupati Biak Numfor Herry Ario Naap mengimbau agar perasaan merasa terdistriminasi dihilangkan dan jangan terpancing isu rasisme.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News