Bursa Indonesia Butuh Insentif
Senin, 06 Oktober 2008 – 12:26 WIB

Bursa Indonesia Butuh Insentif
JAKARTA - Pengamat ekonomi memperkirakan Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan BI rate di tengah ketidakpastian perekonomian global. Kebijakan tersebut dinilai tepat untuk memberikan insentif bagi pasar modal yang sedang bearish (melemah). Faktor lain penahan suku bunga adalah inflasi September 2008 yang cenderung tertahan. Diproyeksikan inflasi September sekitar 0,7 persen sampai 0,9 persen. ''Sebenarnya pada Ramadan potensi inflasi bisa lebih tinggi, namun daya beli masyarakat sudah melemah akibat inflasi tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Sehingga inflasi agak tertahan,'' papar dia.
''Memang semula saya merasa BI rate perlu naik karena likuiditas ketat dan rupiah yang cenderung melemah beberapa waktu terakhir ini. Namun karena perkembangan krisis finansial AS yang mencemaskan, maka suku bunga perlu turun agar memberi insentif pasar modal,'' kata pengamat ekonomi Tony A. Prasetyantono, Minggu (5/10).
Baca Juga:
Karena itu, lanjut dia, terjadi tarik menarik antara perlunya kenaikan BI rate sebagai respons likuiditas ketat. Atau BI rate perlu turun agar dapat membantu pasar modal Indonesia tidak terimbas krisis AS. '' BI rate mengalami stuck in the middle (terhimpit di tengah, Red). Jadi saya prediksikan BI rate tetap pada level 9,25 persen.''
Baca Juga:
JAKARTA - Pengamat ekonomi memperkirakan Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan BI rate di tengah ketidakpastian perekonomian global. Kebijakan
BERITA TERKAIT
- Masyarakat tak Perlu Ragu Bertransaksi Emas Secara Digital di Pegadaian
- Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 19 April 2025: Tetap Stabil di Rp 1,965 Juta Per Gram
- BPKH Catat Kinerja Positif 2024, Indra Gunawan: Lampaui Target Dana Kelolaan
- Update Harga Emas Antam Hari Ini, Sabtu 19 April 2025, Stabil
- Keren! Plywood dan Blockboard Asal Temanggung Rambah Pasar Jepang dan Korea Selatan
- Pelindo Batasi Kontainer yang Masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok