Burung Unta
Dia tidak menyebut bahwa yang dilakukannya adalah memberikan ‘’bliss’’ dengan menciptakan ‘’ignorance’’. Masyarakat dibuat tenang dengan cara tidak usah mengetahui data kematian harian.
Kebijakan ini mendapat kecaman luas, karena justru dianggap lebih membahayakan.
Para pengkritik menyebut kebijakan ini seperti memotong jari kaki ketika sepatu kekecilan. Kalau data kematian tidak akurat karena terlambat update, maka seharusnya yang diperbaiki adalah mekanisme pengumpulan datanya, bukan menghilangkan data itu.
Pandemi ini adalah bencana global. Di dalam setiap bencana, ukuran utama tingkat bahaya ditentukan oleh jumlah kematian.
Kalau jumlah kematian tidak diketahui dengan benar, maka tingkat bahaya bencana itu tidak akan diketahui masyarakat.
Dengan demikian masyarakat akan bersikap ‘’ignorance’’. Alih-alih menghasilkan ‘’bliss’’, malah melahirkan ‘’disaster’’ bencana yang lebih besar.
Cara Menteri Luhut menciptakan situasi tenang itu sama saja dengan praktik politik burung unta, yaitu menyembunyikan kepala di dalam pasir sambil menutup mata.
Dengan begitu bahaya yang mengancam dianggap tidak ada karena burung itu tidak melihatnya.
Embusan angka kenaikan ekonomi 7 persen itu adalah embusan angin sorga. Sama dengan politik burung unta.
- Lantik Pajabat Baru, Dewan Nasional KEK Sampaikan Pesan Ini, Silakan Disimak
- Kasus Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Ada yang Anak-anak
- Jembatani Kebutuhan Diaspora, Master Bagasi Dukung Pertumbuhan Ekonomi
- Meraih Peluang Ekonomi di Tahun 2025
- Sektor Ekraf dan UMKM Harus Dibantu Guna Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi
- Hilirisasi Mineral, Strategi Utama Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 8%