Busuk Mulia
Oleh: Dahlan Iskan
Menghentikan laju abrasi dan tidak membiarkan tanah tenggelam pasti mulia. Termasuk usaha merehabilitasinya.
Melebatkan hutan mangrove juga mulia. Membenahi kampung nelayan yang miskin dan kumuh sangat mulia.
Kita sendiri juga lebih senang melihat kawasan pantai yang tertata rapi daripada melihat kekumuhan.
Sebenarnya tidak diperlukan investor kalau pemerintah punya uang. Setidaknya punya keinginan yang sangat kuat untuk memperbaiki kampung nelayan. Tetapi kita semua tahu: dua-duanya tidak ada.
Maka menarik untuk dibayangkan: misalkan pagar laut sudah hilang, semua sertifikat sudah dibatalkan, PSN diurungkan; akan diapakan kawasan itu? Dibiarkan begitu saja -sehingga kembali ke keadaan lama?
Dulu pernah ada konsep "membangun tanpa menggusur." Tetapi konsep itu sudah sangat lama tidak terdengar. Juga ada konsep "bedol RT kumuh." Belakangan ada "OK Oce" dengan 0 persennya.
Tentu juga harus diingat: investor sudah dijanjikan semacam kompensasi atas "kerugian" mereka membangun proyek di IKN. Janji seorang presiden adalah janji seorang mandataris rakyat.
Rasanya perlu ada perumusan yang lebih berorientasi masa depan. Pembangunan PSN PIK 2, kalau lanjut, haruslah juga mengakomodasikan konsep membangun tanpa menggusur.
KIAN banyak aktivis yang terjun ke proyek PSN PIK 2. Juga kian dalam. Melebar pula. Kian demonstratif. Bagaimana nasib pagar laut?
- Eks Komisioner KPK Mengaku Pernah Bersitegang dengan Jaksa Soal Penanganan Kasus
- KPK Sebut Perubahan Kewarganegaraan Paulus Tannos Tak Pengaruhi Ekstradisi
- Buronan KPK Ini Diamankan di Singapura, Bakal Dibawa ke Indonesia
- Dikawal Ketat Satpol PP, Mbak Ita Bungkam soal 3 Kali Mangkir Dipanggil KPK
- Pagar Laut Bagian PSN, tetapi Bukan Terbuat dari Bambu di Laut PIK 2
- Mbak Titiek Sentil KKP soal Dalang Pagar Laut, Begini Kalimatnya