Butuh Anak Muda untuk Menggebrak Pertanian Indonesia
Namun, karena minim pengetahuan dan tidak berpengalaman soal bertani, bisnis pertaniannya tersebut mengalami kegagalan.
Memutus ketergantungan pada tengkulak
Photo: Bisnis Maya dan Wita membuka kesempatan bagi petani perempuan untuk mendapatkan penghasilan. (Foto: Supplied)
Kegagalan yang sempat ia rasakan tak menghentikan langkah Maya, yang membuka bisnis bersama temannya, Wita, setelah sempat bekerja di Bali hingga tahun 2012.
Setelah delapan tahun melalui proses yang cukup menantang, bisnis bernama 'Twelve's Organic' kini sudah menyewa lahan di tujuh titik lokasi Mojokerto, Jawa Timur.
Ia juga sudah mempekerjakan sekaligus mendidik 20 orang petani,18 di antaranya adalah perempuan.
"Awal kami mulai, pandangan umum masyarakat, yang bekerja di sektor pertanian itu laki-laki. Nama kepemilikan lahan biasanya adalah laki-laki," kata Maya.
"Tapi fakta yang ada di lapangan, justru laki-laki banyak beralih ke profesi lain, contohnya [mem]bangun villa atau hotel. Nah, yang menjalankan roda pertanian yang full adalah perempuan, atau istrinya."
Menurutnya, salah satu masalah yang mendarah daging di bidang pertanian adalah masih adanya ketergantungan petani pada tengkulak, atau pedagang perantara.
Meski minat bertani semakin menurun, masih ada sebagian generasi milenial di Indonesia yang justru meliriknya
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina