Butuh Anak Muda untuk Menggebrak Pertanian Indonesia
"Kalau bicara soal sistem sudah terjadi bertahun-tahun, ya ini sudah menjadi fakta yang tidak bisa terbantahkan. Hampir satu desa itu minimal ada tiga tengkulak," kata dia.
Photo: Menurut Maya, generasi milenial memiliki potensi untuk memperbaiki sistem pertanian yang cenderung merugikan petani. (Foto: Supplied)
Sebagai seorang petani milenial, Maya merasa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan para petani bagaimana caranya untuk "berdiri di atas kaki sendiri".
"Keterikatan petani pada tengkulak memang membutuhkan anak-anak muda untuk hadir dan mendobrak. Kalau tidak begitu ya tetap sama."
Berbekal ambisi untuk mencetak petani yang mandiri, Maya juga membuka kelas khusus yang mengajarkan ilmu budi daya organik, penghitungan harga, sampai praktik menjual hasil panen bagi para petaninya.
"Kami tidak segan membawa petani kami untuk hadir di pasar komunitas organik, memperkenalkan mereka ke konsumen, dan mereka jualan sendiri."
Mengubah kondisi para petani
Photo: Michael Raffy Sujono (Dipa) menjadi seorang petani walaupun baru lulus sebagai Sarjana Hubungan Internasional UGM tujuh bulan yang lalu. (Foto: Supplied)
Pentingnya kehadiran generasi milenial di sektor pertanian Indonesia dirasakan Michael Raffy Sujono, akrab disapa Dipam, setelah menyadari sedikitnya jumlah petani milenial di daerah tempat tinggalnya, yaitu Sukabumi, Jawa Barat.
Meski minat bertani semakin menurun, masih ada sebagian generasi milenial di Indonesia yang justru meliriknya
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina