Butuh Kepemimpinan Kuat Urai Rantai Korupsi

Yang Dilakukan Trio Macan Birokrat-Politisi-Pengusaha

Butuh Kepemimpinan Kuat Urai Rantai Korupsi
Butuh Kepemimpinan Kuat Urai Rantai Korupsi
Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti menambahkan, kesulitan memberantas korupsi politik di Indonesia juga karena kultur yang telah terbangun. Budaya koruptif telah menjalar dari pusat hingga daerah. "Pelaku korupsi bahkan telah bermuka badak, mereka tidak malu dan takut lagi melakukan korupsi," ujar Ikrar.

Hal itu terlihat, kata dia, dari hampir tidak adanya pejabat yang mundur dari jabatannya, meski sudah ketahuan melakukan korupsi. "Beda dengan di Jepang, ketahuan korupsi langsung mundur," tandasnya.

Bahkan, beber Ikrar, langkah mundur dari jabatan itu tidak lagi memandang seberapa besar kerugian atas korupsi yang dilakukan. Menurut dia, pernah ada seorang pejabat di negeri Sakura itu yang hanya terima 50 ribu yen (sekitar Rp 5 juta) pada saat kampanye, namun tetap memutuskan langsung mundur setelah terungkap. "Di kita mana ada kayak gitu" selorohnya.

Meski demikian, pihaknya juga tetap berusaha optimis pemberantasan korupsi bisa ditegakkan. Kuncinya, adalah kinerja yang baik di institusi penegak hukum terutama KPK dan polri. "Jika mereka berkomitmen bekerja kepada rakyat, maka pada tiga pemilu ke depan, tingkat korupsi bisa ditekan, posisi Indonesia bahkan bisa nomor tiga terbersih di dunia," pungkasnya. (dyn)


JAKARTA - Korupsi politik di Indonesia dianggap makin menjadi-jadi, belakangan ini. Selain pembenahan sistem pendanaan partai politik, Kepala Divisi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News