Butuh Kerja Keras Untuk Bisa Tinggal Lebih Lama di Australia

Mahalnya biaya dan pendaftaran yang terlalu birokratis menurut Indonesian Institute telah menyebabkan banyaknya penolakan permohonan dan kuota menjadi tak terpenuhi.
"Sebagai konsekuensinya, mendiskualifikasi anak-anak muda Indonesia yang berkualitas dan ingin lebih mengenal Australia."

Tapi menurut Melinda, biaya tersebut memanglah dibutuhkan. Seperti pengalamannya selama hampir sebulan lebih, ia sempat menganggur di Darwin sehingga hanya tergantung pada uang yang dimilikinya.
Melinda juga menjelaskan bagaimana ia bisa menutup 'modal' dalam waktu tiga sampai empat bulan.
"Di pabrik, saya mendapat gaji sebesar $600 [lebih dari Rp 6 juta] per pekan, dengan biaya hidup $200 - $250 [lebih dari Rp 2 hingga 2,5 juta] per pekan, jadi ada sisa $400 [lebih dari Rp 4 juta] yang bisa ia tabung dalam sepekan."
"Bandingkan kalau di Indonesia Rp 4 juta itu gaji sebulan, belum termasuk pengeluaran."
Seperti Melinda, Agustina yang juga pernah diwawancarai ABC Indonesia juga mengaku jika faktor uang menjadi daya tarik utama anak-anak muda ingin datang ke Australia. Diantara mereka ada pula yang tidak ingin kembali ke Indonesia.
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia