Butuh Waktu Lama untuk Melihat Hasilnya
jpnn.com - TEPAT 20 Oktober 2015, setahun sudah Kabinet Kerja berkiprah. Dalam bidang pendidikan, apa saja yang sudah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)? Berikut pernyataan Mendikbud Anies Baswedan kepada pers termasuk wartawan JPNN Mesya Muhammad, dalam bincang pagi di kantornya, Senin (19/10).
Selama setahun, apa capaian terbesar Kemendikbud?
Dalam setahun saya memimpin Kemendikbud, ada dua hal yang jadi perhatian. Yaitu penerapan kurikulum 13 dan ujian nasional. Dua agenda ini sangat menarik perhatian publik karena sistemnya kami ubah total. Kalau sebelumnya ujian nasional menjadi penentu kelulusan, sekarang tidak lagi. Penentuan kelulusan dikembalikan sepenuhnya kepada sekolah dan guru.
Dulu, UN dipetakan hanya dengan parameter nilai ujian dan dilakukan sepenuhnya dengan tes berbasis kertas, sekarang jauh beda. Pemetaan UN dilengkapi dengan indeks integritas UN untuk melihat tingkat kejujuran di sekolah dan daerah. Selain itu UN dilakukan dengan tes berbasis komputer pada sekitar 700 sekolah dan lebih dari 170 ribu siswa.
Untuk kurikulum nasional, sebelumnya K13 dikembangkan dan diterapkan dalam waktu singkat. Alhasil ditemukan banyak kekurangan antara ide, desain, dokumen, dan penerapan. Di samping itu banyak sekolah yang belum disiapkan untuk menerapkan K13.
Cara ini kami ubah di kurikulum nasional yang kini ditelaah ulang, revisi konsep, dan dokumen kurikulum dengan melibatkan publik. Insya Allah akhir tahun ini, penyusunan dokumennya sudah selesai sehingga bisa diterapkan secara bertahap di seluruh daerah hingga tenggat waktu tahun 2020.
Namun di lapangan, ternyata masih banyak masalah yang timbul dengan penerapan sistem baru tersebut, bagaimana tanggapan Anda?
Masalah pendidikan memang sangat banyak. Namun paling tidak dalam setahun sikap Kemendikbud tidak mau diam dan mendiamkan. Di mana-mana setiap perubahan sistem, butuh waktu lama untuk melihat hasilnya. Paling tidak empat tahun, perubahan sistem ini akan kelihatan hasilnya.
Bagaimana dengan program Indonesia Pintar yang juga ternyata bermasalah?