Buya

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Buya
Buya Syafii Maarif. ANTARA FOTO/Regina Safri/ss/Spt/aa.

Pak Amien lebih fokus pada gerakan massa, kepartaian, dan tidak segan untuk turun ke jalan.

Buya Syafii hampir tidak pernah turun aksi ke jalan bersama massa menyuarakan aspirasi-aspirasi politik, menentang pemerintah, atau berorasi di tengah massa rakyat.

Sikap kontras dua tokoh itu mulai terlihat kontras ketika menyikapi kasus penistaan Alquran oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada 2017.

Pak Amien aktif bersama umat Islam turun ke jalan melalui Aksi Bela Islam, sementara Buya Syafii lebih memilih jalan damai.

Buya melihat Aksi Bela Islam lebih kental muatan politiknya dan dia gelisah ketika umat masih belum menerima bahwa Indonesia adalah rumah bersama tanpa membedakan latar belakang agama, suku, dan ras.

Sepulang dari Chicago pada 1980-an, Pak Amien lebih dikenal sebagai intelektual yang kritis yang tidak takut menyuarakan pandangan-pandangannya yang berseberangan dengan rezim.

Di samping menulis beberapa buku, Amien juga menerjemahkan karya-karya Ali Syariati, seperti lain ‘’Islam and Man’’ yang diterjemahkannya menjadi ‘’Tugas Cendekiawan Muslim’’.

Dari pilihan topik dan tokoh yang diidolakan sudah terlihat bahwa Amien terinspirasi oleh gagasan dan gerakan tokoh intelektual yang mengobarkan revolusi Iran ini.

Buya Syafii Maarif lebih memilih jalan Islam sebagai rahmatan lil alamin, Islam sebagai perekat dan pengayom kebhinekaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News