Cadaver Plus

Oleh: Dahlan Iskan

Cadaver Plus
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Hermawan bukan sarjana. Ia pernah kuliah di ITS jurusan elektro. Sudah hampir selesai. Namun ia berhenti. Ia bekerja.

Ia memberi les matematika pada banyak sekali anak-anak. Ia perlu uang. Ia tergolong keluarga miskin di Jalan Kapasari Gg V Surabaya. Kampung itu tidak jauh dari Stadion 10 November Tambaksari.

Saya ikut Hermawan ke rumah di gang sempit itu Jumat lalu. Ia bernostalgia di rumah yang sudah dijual ke orang lain dan orang lain itu sudah menjual pula ke lainnya lagi.

Hermawan pandai menulis. Tulisannya hidup. Topiknya selalu soal marketing yang praktis. Ia jadi solusi bagi kesulitan banyak perusahaan atau manager marketing di perusahaan itu.

Dahulu, saya memintanya untuk menulis di Jawa Pos. Secara rutin. Tiap hari Rabu. Waktu itu saya perlu menaikkan gengsi Jawa Pos dengan menampilkan penulis terkenal dari kalangan pengusaha Tionghoa.

Hermawan menyambut antusias tawaran saya itu. Ia merasa mendapat panggung besar. Maka antara Jawa Pos dan Hermawan seperti joki dan kuda. Bergantian siapa yang jadi Joki dan siapa yang menjadi kuda.
Orangnya disiplin.

Tulisannya tidak pernah absen di hari yang ditentukan. Pun ketika ia di luar kota. Atau dalam penerbangan jauh.

Pernah ia menulis di atas pesawat. Pakai tulisan tangan. Sampai di bandara tujuan tulisan itu dikirim pakai faksimile.

Guru sepanjang hayat: Hermawan Kartajaya. Ia berulang tahun ke-75 kemarin malam. Dia ingin menyumbangkan mayatnya kelak untuk fakultas kedokteran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News