Cadaver Plus

Oleh: Dahlan Iskan

Cadaver Plus
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Yang sulit itu marketing. Manajemen tidak bisa marketing tidak ada gunanya," jawab saya.

Setahun kemudian saya ke Sacramento lagi. Belum saya tanya anak saya bilang: "Saya sudah pindah ke marketing".

Hermawan sudah identik dengan marketing. Ia sudah jadi ikan besar marketing di Surabaya. Namun Surabaya itu ibarat kolam kecil. Yang disebut kolam besar adalah Jakarta.

Surabaya memang kota terbesar kedua setelah Jakarta, tetapi kedua yang jauh.

Kota terbesar kedua yang sebenarnya masih Jakarta. Nomor tiganya masih Jakarta. Pun nomor 8-nya. Surabaya itu nomor 10. Nomor 9-nya Bekasi atau Tangerang. Secara ekonomi.

Maka Hermawan itu ibarat ikan besar di kolam kecil. Untuk bisa lebih besar ia harus mencari kolam besar. Ia pun pindah ke Jakarta.

Laris. Sukses.

Ia beredar luas di Jakarta dengan gaya bicaranya yang masih medok Suroboyo. Ia arek Suroboyo asli. Arek kampung Suroboyo. Dengan bahasa Surabayanya yang sulit dihilangkan.

Guru sepanjang hayat: Hermawan Kartajaya. Ia berulang tahun ke-75 kemarin malam. Dia ingin menyumbangkan mayatnya kelak untuk fakultas kedokteran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News