Cahaya Mobil Listrik dari Sosok Nur
Oleh: Dahlan Iskan
Apalagi setelah jadi profesor, ternyata berhenti memberikan sumbangan keilmuan dan karyanya. Sebuah sikap yang menarik. Lihatlah: dia jarang naik mobil. Ke mana-mana naik sepeda motor.
Termasuk ketika datang ke rumah saya. Mobilnya untuk istri mengantar anaknya sekolah. Saya berharap buku yang dia tulis ini menjadi salah satu karya tulis monumentalnya.
Dr Nur lahir di Desa Grebek nan jauh dari Kota Purworejo, Jateng. Setamat SMAN 1 Purworejo, pilihannya dua: Mesin ITB atau Mesin ITS.
Kok gak milih UGM? Keluarganya sudah ada yang gagal di UGM. Takut ikut gagal. ITS menerimanya. Dan lulus terbaik di ITS untuk angkatannya: lulus tahun 1997.
Hobinya memang sejalan dengan apa yang dia tekuni saat ini: ngebut. Dengan sepeda motor. Ngebut itulah yang membuat dia akrab dengan mahasiswa pada umumnya dan para pengebut pada khususnya.
Lalu, ketika para pengebut itu menjadi aktivis bengkel, Dr Nur ditarik untuk menjadi ketua gengnya. Pengebut tentu tidak mengenal fakultas.
Dari fakultas mana saja: elektro, mesin, dan teknik industri. Karena itu, tim kendaraan listrik ITS ini ada yang dari elektro, mesin, dan fakultas lain.
Mahasiswa anggota tim yang dari teknik mesin, Yoga, kini sudah berhasil membuat motor. Made in ITS. Yang teknik elektro sudah bisa bikin controller.