Cahaya Mobil Listrik dari Sosok Nur
Oleh: Dahlan Iskan
Bahkan sudah bisa bikin BMS (battery management system). Termasuk merangkai baterai dalam satu sistem yang siap pakai. Inilah tiga jatung utama kendaraan listrik.
Dalam wujud kendaraan, tim ini juga sudah melahirkan produk siap produksi komersial. Bentuknya sepeda motor. Namanya Gesits. Ada huruf ITS di tiga huruf terakhirnya. Saya sudah melihat contoh karya nyata ini. Saat saya ke ITS.
Mengajak guru-guru SMK Pesantren Sabilil Muttaqin Takeran, Magetan, untuk belajar pada tim ITS. SMK binaan keluarga besar saya ini ingin membuat sepeda motor listrik. Tentu harus belajar dari proyek Gesits. Yang sudah siap diproduksi secara masal.
Dan yang akan memproduksi pun sudah ada: PT Garansindo. Kebetulan, pemilik Garansindo adalah alumnus ITS juga. Mereka sudah bicara sangat detail. Sudah ada kontraknya. Inilah kontrak pertama produksi kendaraan listrik made in Indonesia dalam sejarah. Antara ITS dan Garansindo.
Meski buku ini tidak diniatkan untuk meraih gelar profesor, keilmiahannya terjamin. Dr Nur punya motif yang lebih besar dari raihan gelar. Motif utamanya untuk mendorong, menuntun, dan mencerahkan semua pihak yang concern pada mobil listrik.
Dr Nur melihat pemerintah kelihatan mau sungguh-sungguh mendorong mobil listrik nasional. Dr Nur menuliskan pandangannya yang menyeluruh. Baiknya. Buruknya. Tantangannya. Peluangnya. Lengkap.
Memang, sebetulnya pemerintahlah yang bisa menjadi pendorong utama. Tidak usah bicara fasilitas. Atau insentif. Pemerintah cukup memberikan peraturan yang jelas. Tidak mbulet. Itu saja cukup.
Agar tidak ada pihak yang ingin mewujudkan mobil listrik, lalu dianggap melanggar karena peraturan yang belum ada atau aturan yang masih abu-abu. Mobil listrik adalah efisiensi nasional. Bahkan global.