Cahaya Mobil Listrik dari Sosok Nur
Oleh: Dahlan Iskan
Dr Nur menegaskan di buku ini: sebenarnya beli BBM untuk mobil itu borosnya luar biasa. Dari 100 persen BBM, hanya 1 persen yang langsung terpakai untuk menggerakkan roda. Yang 99 persen tidak langsung untuk menggerakkan roda. Hahahaaa... Maka bacalah sendiri buku ini. Jelaslah semuanya.
Atau, dalam kata-kata Ricky Elson: Kalau tidak ada industri nasional, para lulusan fakultas teknik tidak akan pernah melakukan pekerjaan engineering. Pekerjaan utamanya hanyalah membaca dan menganalisis katalog.
Semua produk diimpor sehingga yang diperlukan adalah kemampuan membaca katalog produk orang lain. Dalam seminar di Ubaya minggu lalu, saya pun mengutipnya: Akankah kita lebih perlu mengadakan mata kuliah membaca katalog daripada engineering?
Membaca draf buku Dr Nur ini, kita mengetahui A sampai Z-nya persoalan mobil listrik Indonesia. Selamat untuk Dr Nur Yuniarto. Selamat untuk Tim Kendaraan Listrik ITS. Selamat untuk ITS. Selamat untuk Indonesia.
Tinggal, adakah dukungan untuk memajukannya? (*)
Pemecah telur kendaraan listrik nasional adalah Surabaya. ITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi