Cak Nun dan Firaun

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Cak Nun dan Firaun
Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

Pada 6 Oktober 1981, pemerintah Mesir menggelar parade militer di Kairo untuk memperingati keberhasilan pasukan negara itu dalam menyeberangi Terusan Suez di Operasi Badr.  

Operasi yang dilakukan pada 1973 itu kemudian berdampak pada kemenangan atas Israel di Perang Yom Kippur.  

Anwar Sadat duduk di tribun khusus dengan dikawal empat lapis pengamanan plus delapan pengawal pribadi—kondisi yang seharusnya cukup aman untuk sang presiden. 

Ketika jet-jet Mirage milik Angkatan Udara Mesir terbang di atas kepala peserta dan penonton, tentara angkatan darat dan truk-truk pengangkut artileri mulai melewati jalur parade.  

Tanpa disadari oleh Sadat, di dalam regu itu juga terdapat Letnan Khalid Islambouli, anggota organisasi militan Jihad Islam Mesir yang menyusup di tubuh militer dan punya rencana untuk membunuh Sadat. 

Perdamaian dengan Israel dianggap sebagai pengkhiatan terhadap Islam. Karena itu, organisasi Islam garis keras menyusun perlawanan terhadap Sadat. 

Sisa-sia perlawanan Ikhwanul Muslimin yang sudah dihabiskan secara represif oleh rezim Sadat ternyata bisa menyusup ke kalangan tentara, dan membawa akibat fatal bagi Sadat.

Tepat di depan tribun tempat Sadat, Islambouli meloncat ke arah tribun kehormatan. 

Menyamakan Jokowi dengan Firaun ala Cak Nun harus dilihat dalam konteks yang utuh, tidak sepotong-potong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News