Cakra Manggilingan
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Masyarakat Amerika pun memberikan cek kosong kepada Presiden George W. Bush untuk mengembalikan kehormatan Amerika yang dipermalukan di halaman rumahnya sendiri.
Ternyata sejarah belum berakhir. Kurang lebih sepuluh tahun sebelum peristiwa WTC, Amerika memproklamasikan diri sebagai pemenang dan penguasa tunggal dunia. Pada 1990 komunisme internasional runtuh dengan kolapsnya Uni Soviet.
Negara ferderasi besar -yang dibangun di atas fondasi komunisme yang otoritarian itu- hanya bertahan setengah abad, dan akhirnya pecah menjadi keping-keping negara kecil.
Uni Soviet bubar. Negara-negara satelit komunis di Eropa Timur juga ikut ambruk seperti kartu domino.
Tembok Berlin yang memisahkan bangsa Jerman, menjadi Jerman Timur dan Barat, ambruk secara harfiah. Bersamaan dengan itu rezim komunis Jerman Timur juga ambruk dan dua Jerman itu pun rujuk.
Amerika menjadi kampiun demokrasi dunia. Ilmuwan politik Amerika, Francis Fukuyama, memproklamasikan dunia baru yang tunggal dengan Amerika sebagai pemimpinnya. ‘’The End of History and The Last Man’’ (1990), sejarah telah berakhir, dan manusia terakhir telah muncul sebagai pemenang.
Fukuyama mengatakan bahwa sistem demokrasi liberal Amerika adalah satu-satunya sistem yang paling cocok untuk diterapkan, karena paling sesuai dengan fitrah manusia. Memakai dasar filsafat Hegel, Fukuyama mengatakan bahwa demokrasi liberal Amerika adalah puncak dari sejarah, puncak dari pencapaian peradaban manusia.
Dengan demokrasi liberal harkat manusia untuk mencapai kebebasan telah mencapai puncaknya.
Uni Soviet mundur, NATO mundur, Amerika Serikat juga mundur. Nasib Afghanistan berada di tangan mereka sendiri.
- Indonesia Merapat ke BRICS, Dubes Kamala Tegaskan Sikap Amerika
- Ngebet Usir Imigran, Donald Trump Bakal Kerahkan Personel Militer
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Joe Biden Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh AS untuk Serang Rusia
- Medali Debat
- Prabowo Bertemu Joe Biden, Bahas Situasi di Gaza