Cakra Manggilingan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Cakra Manggilingan
Tentara Amerika Serikat. Foto: Reuters

Perburuan usai pengeboman 11 September dilakukan di dua front. Di Iraq pasukan Amerika menggempur untuk menangkap Saddam karena dianggap menyimpan WMD (weapons of mass destruction), senjata pemusnah massal.

WMD itu tidak pernah ada, tetapi hal itu tidak penting. Bagi Bush yang penting adalah bisa membalas dendam untuk mengembalikan kehormatan keluarga.

Amerika mengirim pasukan besar ke Iraq untuk memburu Saddam Hussein. Bersamaan dengan itu Bush juga harus memburu Usamah Bin Ladin yang bersembunyi di Afghanistan, dalam perlindungan Taliban, yang berkuasa sejak 1996.

Dua front harus sama-sama dimenangi. Bush tidak mengirim pasukan darat ke Afghanistan karena lebih fokus ke Iraq. Saddam Hussein ditangkap pada 2006 di bunker persembunyiannya, kemudian dieksekusi mati.

Pada serbuan ke Afghanistan November 2001, Amerika mengirim pasukan udara untuk menggempur Kabul. Dari darat pasukan Mujahidin yang anti-Taliban juga menyerang Kabul. Taliban yang terdesak akhirnya meninggalkan Kabul. Mission Accomplished?

Tidak. Kabul memang jatuh. Amerika berkuasa dan membentuk pemerintahan protektorat di bawah Presiden Hamid Karzai. Namun, dua buruan utama Amerika lolos. Usamah Bin Ladin bisa menyelamatkan diri ke pegunungan Tora Bora yang sulit dijangkau. Buruan lainnya, Mullah Muhammad Umar, pemimpin Taliban, meloloskan diri dari Kabul dengan sepeda motor.

Kesalahan Amerika ini harus dibayar mahal. Amerika butuh sepuluh tahun untuk memburu Bin Ladin yang terus-menerus berpindah tempat persembunyian, sambil tetap melakukan serangan gerilya.

Pada Mei 2011 persembunyian Bin Ladin di perbatasan Pakistan terungkap, dan Bin Ladin ditembak mati di lokasi.

Uni Soviet mundur, NATO mundur, Amerika Serikat juga mundur. Nasib Afghanistan berada di tangan mereka sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News