Caleg Kerap Ngutang, Selalu Mencari Barang Termurah
jpnn.com - HINGAR bingar Pemilu Legislatif, ternyata tidak serta merta membuat angin segar bagi pengusaha sablon. Diantara mereka malah terpaksa mengerutkan dahi karena ulah para calon legislatif yang tidak mambayar karena tidak lolos duduk di parlemen.
----------
KING HENDRO ARIFIN, Tangerang
---------
Sore hari kemarin, INDOPOS (Grup JPNN) bertandang ke work shop milik Tarmin, 40 di kawasan fly over Sudirman, Kecamatan Copondoh, Kota Tangerang. Saat itu pria asli suku Jawa ini sedang sibuk membuat plakat yang dipesan langganannya.
Work shop berukuran 5 x 7 meter tersebut terlihat padat. Beragam jenis hasil sablon terpampang jelas. Mulai dari Pin, stiker, kartu nama, stempel hingga beberapa kaos. Termasuk plakat, piagam dan neon box. Barang-barang tersebut sebagian ditempatkan di etalase kaca dan sebagian lainnya tergantung.
Ribuan jenis barang tersebut membuat ruangan terasa sempit. Ditambah lagi Tarmin, menempatkan satu meja kerja khusus untuk mengerjakan barang-barang pesanan konsumen yang bisa diselesaikan hitungan jam. ”Beginilah tempatnya. Padat, sempit dan kotor,” katanya dengan nada bergurau.
INDOPOS sempat tercengang mendengar pernyataan Tarmin yang sudah memulai bisnis Sablon sejak 10 tahun silam. Baginya, pesta demokrasi Pemilu Legislatif atau Pilpres tidak serta merta memberikan keuntungan bagi pengusaha sepertinya. Malah terkadang pengusaha menjadi bunting (istilah yang digunakannya menjelaskan kata merugi, red).
”Tidak terlalu tertarik juga kalau ada Caleg mesan barang-barang. Kalau mau langsung cash sih saya kerjain,” ujarnya sembri mengerjakan plakat yang terbuat dari plastik putih persegi.
Alasan yang dikatakan Tarmin membuat jantung bedetak kencang. Bagaimana tidak, beberapa kali pengalamannya menyelesaikan pesanan Caleg. Seperti, kartu nama, Pin, stiker dan kaos lebih kepada kondisi merugi. Para caleg terangnya lebih banyak mengumbar janji untuk membayar. Namun pada kenyataannya, Caleg memilih tidak menyelesaikan kewajibannya membayar seluruh pelunasan atas barang yang dipesan.
Kondisi ini selalu dilakukan para Caleg yang nyatanya kalah dalam pertarungan memperebutkan kursi di parlemen. ”Banyak yang ngutang mas. Malas ngerjainnya. Apalagi, sablon sistem kami lebih mahal biaya produksinya dibanding Sablon menggunakan sistem cetak print,” ujarnya.
HINGAR bingar Pemilu Legislatif, ternyata tidak serta merta membuat angin segar bagi pengusaha sablon. Diantara mereka malah terpaksa mengerutkan
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara