Caltung dan Astung
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Biasanya yang banyak terjadi adalah faksionalisasi di dalam kuadran partai itu sendiri.
Partai Republik yang konservatif mempunyai varian gerakan bermacam-macam, mulai dari kanan ekstrem sampai kanan tengah yang moderat.
Salah satu fenomena yang terjadi adalah munculnya faksi Tea Party di lingkungan Partai Republik yang menjadi tempat berkumpul orang-orang konservatif sayap kanan radikal.
Gerakan Tea Party muncul pada 2009 semasa pemerintahan Preisiden Obama.
Awalnya hanya kecil, tetapi kemudian menjadi besar dan bahkan menjadi penyokong utama ketika Donald Trump menjadi presiden mengalahkan Hillary Clinton pada pilpres 2014.
Kelompok Tea Party ini umumnya beranggotakan orang-orang kulit putih yang radikal dari kalangan WASP (White Anglo Saxon Protestant), kulit putih, keturunan Anglo Saxon Eropa dan beragama Protestan.
Mereka tidak menyukai orang kulit hitam, kulit berwarna, dan imigran.
Saking fanatiknya terhadap gerakan konservatif, kalangan Tea Party meledek kelompok konservatif moderat sebagai RINO singkatan dari Republic in Name Only, artinya Republik sekadar nama saja, tidak benar-benar Republik yang orisinal.
Indonesia seharusnya bisa menuju ke sistem dua partai karena suprastruktur masyarakat sudah mengerucut kepada dua kubu religius dan nasionalis.
- Bahlil Yakin Ridwan Kamil Menang 1 Putaran, Sama Seperti Prabowo di Pilpres
- Fenomena Populisme Digital di Indonesia Sejalan dengan Kemajuan Internet
- Gibran Diduga Mulai Bersiap untuk Pilpres 2029, Indikasi Berani Menelikung Prabowo?
- Melawan Kriminalisasi Berbau Politik di Pilkada 2024
- Herwyn Minta Jajaran Bawaslu Daerah Terus Bangun Komunikasi
- Megawati Dengar Ada Institusi Negara Tak Netral Pas Pilkada, Sampai Pakai Intimidasi