Caltung dan Astung

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Caltung dan Astung
Ilustrasi partai politik. Foto : Ricardo

Hasil penelitian Geertz dituangkan dalam ‘’The Religion of Java’’ yang membagi masyarakat menjadi tiga aliran besar, santri, priyayi, dan abangan.

Santri adalah kelompok religius yang berada di perkotaan dan pesisir, priyayi adalah kelompok aristokrat-ambtenaar yang berada di birokrasi pemerintahan, dan abangan adalah kelompok sinkretis gabungan Islam dan tradisi Hindu yang dianut oleh masyarakat petani di pedesaan.

Fusi yang dilakukan Orde Baru terhadap partai-partai juga didasarkan pada tiga aliran besar itu.

Akan tetapi, karena semua ormas dan parpol dipaksa untuk menerima astung melalui pemaksaan yang represif maka fusi itu tidak bisa bertahan lama.

Sistem multipartai pada era reformasi memunculkan polarisasi yang tajam di masyarakat, terutama dalam satu dekade terakhir di bawah Presiden Joko Widodo.

Fenomena ini mirip dengan sistem multipartai semasa Orde Lama.

Karena itu kemudian muncul gagasan rekonsiliasi nasional dengan menyodorkan konsep calon tunggal alias ‘’caltung’’.

Surya Paloh menawarkan pasangan caltung Anies Baswedan-Ganjar Pranowo sebagai upaya mengakhiri polarisasi.

Indonesia seharusnya bisa menuju ke sistem dua partai karena suprastruktur masyarakat sudah mengerucut kepada dua kubu religius dan nasionalis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News