Cambuk Illiza

Oleh: Dahlan Iskan

Cambuk Illiza
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Azwar adalah gubernur Aceh di saat terjadinya tsunami. Saat saya jadi sesuatu dulu, Azwar juga jadi menteri.

Azwar-lah yang merumuskan ukuran cambuk rotan itu. Juga yang merumuskan bagaimana cara mencambuknya: tangan si pencambuk harus dalam posisi lurus. Dengan demikian pukulannya tidak bisa keras.

Inti dari cambuk adalah hukuman sosial. Agar malu. Lalu bertobat. Karena itu hukuman cambuk dilakukan di tempat umum. Yakni di halaman masjid, usai salat Jumat.

Yang terkena hukum cambuk adalah perzinahan, pencurian, minuman keras. Setelah ditangkap mereka diperiksa. Begitu terbukti mereka boleh pulang –menunggu jadwal hukuman cambuk. Mereka tidak ditahan.

Saat ini belum tentu satu bulan ada satu kali. Paling satu tahun tiga atau empat kali. Dengan banyak kamera semua itu bisa dicegah. Tidak ada yang sampai mencuri atau berbuat mesum.

Illiza bukan wanita biasa. Dia akan bisa jadi malahayati masa kini. Gagasan modernitas tanpa meninggalkan syariah adalah misi besar perjuangannya.

Saya pun bertanya: bagaimana dia bisa tampil begitu enerjetik, cekatan, dan trampil.

Jawabnya: mungkin karena banyak yang ingin saya lakukan untuk Banda Aceh!(*)


Berita Selanjutnya:
Tipuan Magelang

Illiza bukan wanita biasa. Dia akan bisa jadi malahayati masa kini. Gagasan modernitas tanpa meninggalkan syariah adalah misi besar perjuangannya.


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi, M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News