Cancel Culture
Oleh Dahlan Iskan
Saya perlu melihat/mendengar semua itu agar tahu di mana posisi Seno Nugroho.
Saya kan juga penggemar dalang-mati-muda lainnya: Ki Enthus Susmono. Yang saat meninggal menjabat sebagai Bupati Tegal –yang kelihatannya mengatur satu kabupaten lebih sulit dari mengatur satu kerajaan Hastinapura.
Seno memang istimewa. Ia dalang untuk zamannya –zaman milenial ini. Ia melangkah lebih ke kekinian dari gurunya: dalang Ki Manteb Sudarsono. Ia beda benar dengan bapaknya: dalang Ki Suparman.
Rasanya gaya Seno tidak akan lahir tanpa Ki Manteb –yang memang diakuinya sebagai gurunya.
Pak Manteb memang perintis adegan flash back dalam wayang –sepengetahuan saya. Gaya film beliau adopsi ke wayang.
Misalnya dalam lakon Bharatayudha episode matinya Pandita Durna. Yang ia gelar selama 7,5 jam itu: adegan pertamanya langsung mengejutkan.
Aneh sekali. Adegan pertama itu berupa berseliweran panah di layar. Tokoh pemeran pembuka di lakon itu: panah!
Bahkan di pergelaran Seno Nugroho praktis tidak ada lagi pertunjukan yang diawali dengan 'jejer'. Yakni rapat kabinet kerajaan. Yang monoton. Yang lambat. Yang panjang. Adegan rapat kabinet itu bisa satu jam sendiri.