Candi Borobudur Harus Dipasang Payung? Para Akademisi Bersuara

jpnn.com, JAKARTA - Candi Borobudur perlu dipasang chattra atau payung. Ide ini digulirkan sejumlah akademisi dan pemerhati candi.
Mereka menilai kehadiran chattra diyakini akan memberikan banyak dampak positif bagi umat Buddha, baik di Indonesia maupun dunia.
Chattra mengandung banyak makna filosofis yang sangat mendalam melebihi aspek kesejarahan dan arkeologis.
Dorongan para akademisi, sejarawan maupun pengamat tersebut mengemuka dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrebang) Tingkat Nasional 2024 Direktorat Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag).
Hadir dalam diskusi tentang chattra ini antara lain Stanley Khu, dosen Antropologi Universitas Diponegoro Semarang, Prawirawara Jayawardhana (Pemerhati Buddhis Nusantara) dan Hendrick Tanuwijaya (pemerhati Candi Borobudur).
Stanley Khu berpandangan bahwa sekarang sudah tiba waktunya untuk memahami Borobudur tidak hanya sebagai candi dalam konteks historis atau arkeologi.
Menurut dia, akan lebih bermanfaat untuk juga memahami Borobudur sebagai kuil kebudayaan tempat ornamen-ornamen dan simbol-simbol Buddhis yang diakui secara universal oleh masyarakat Buddhis di berbagai belahan dunia.
"Semisal chattra, bisa bersinergi dengan keseluruhan bangunan monumen tanpa adanya keberatan terkait isu orisinalitas ataupun keilmiahan dari pemasangan chattra di stupa candi," jelas Stanley dikutip dari laman Kemenag, Jumat (23/2).
Candi Borobudur haruskah diipasang Chattra atau payung? Para akademisi dan pakar bersuara
- Seleksi PPPK Tahap 2, Zamroni: Semoga Semua Honorer Terserap, Amin
- Gunung Kidul Jadi Lokasi Perdana Proyek Wakaf Strategis Kemenag
- Kemenag Dorong Wakaf Hijau Jadi Gerakan Nasional Pelestarian Lingkungan
- Kemenag dan MOSAIC Terus Dorong Ekosistem Hutan Wakaf di Indonesia
- Berdoa di PIK, Biksu Thudong Tebar Pesan Damai
- Bimbingan Manasik Haji BSI dan Kemenag Pecahkan Rekor MURI