Cangkir Kopi Sekali Pakai jadi Limbah Terbesar Kedua Setelah Botol Plastik

Cangkir Kopi Sekali Pakai jadi Limbah Terbesar Kedua Setelah Botol Plastik
Cangkir Kopi Sekali Pakai jadi Limbah Terbesar Kedua Setelah Botol Plastik

Kebiasaan mengkonsumsi kopi yang terus meningkat di Australia ternyata bisa memicu kerusakan lebih besar dari yang kita perkirakan. Pakar lingkungan mengingatkan dampak buruk dari cangkir sekali pakai ini dalam waktu singkat telah menjadi pemicu utama masalah polusi.

Cangkir sekali pakai - yang keliatannya terbuat dari kertas, ternyata diketahui mengandung plastik yang tidak akan hancur dan sangat merusak lingkungan. "Cangkir sekali pakaiini memiliki lapisan plastik yang ketika dibuang mereka akan mencemari tanah – cangkir ini tidak akan terurai atau mereka akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA)  dan menjadi sumber pencemaran,” kata pakar lingkungan Tim Silverwood. "Meskipun bagian dari cangkir sekali pakai yang terbuat dari kertas bisa terurai, tapi lapisan plastiknya akan tetap ada ditanah untuk waktu yang sangat lama,” tambahnya. Cangkir kopi diperkirakan menjadi contributor kedua terbesar limbah setelah botol plastik. Diperkirakan warga Australia menggunakan 1 miliar cangkir kopi sekali pakai setiap tahunnya. Richard Fine, yang mendirikan pabrik cangkir kopi ramah lingkungan Biopak, memperkirakan lebih dari 90 persen cangkir kopi sekali pakai berakhir menjadi sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), setara dengan sekitar 60.000 kilogram sampah plastik per tahun. "Kami bekerja keras untuk memperbaikinya. Kami berpikir bahwa cangkir dapat didaur ulang dan harus bisa didaur ulang," katanya. Senator dari Partai Hijau,Peter Whish-Wilson, yang memimpin investigasi mengenai plastik, mengatakan limbah plastik di lautan telah menjadi masalah polusi global terbesar di dunia. "Mereka begitu kecil dan berbahaya - mereka bisa masuk ke dalam perut ikan dan makhluk laut lainnya," katanya. "Lautan saat ini telah berubah menjadi sup plastik dan mengingat laut adalah sumber dari semua kehidupan di planet ini, kita akan berakhir dengan tersedak." Sebenarnya cangkir yang benar-benar dapat didaur ulang sudah tersedia, tetapi  harganya sangat mahal. Tidak semua pemilik cafe mau membelinya. Beberapa cangkir kopi sekali pakai yang mengklaim didaur ulang, beberapa mengklaim bisa menjadi kompos dan lainnya dijual dengan citra biodegradable, tapi menurut Fine klaim ini bisa menyesatkan untuk sejumlah alasan. Recyclabe/bisa didaur ulang: Cangkir kertas yang dilapisi plastik bisa didaur ulang sangat bervariasi dari daerah ke daerah, beberapa dewan pemerintah lokal menerima cangkir kopi sebagai bagian dari proses daur ulang mereka, tapi sebagian yang lain mengecualikannya dan membuang mereka di tempat pembuangan sampah.
Kompos: Ketika bahan cangkir tersebut memecah, mereka seharusnya cocok untuk digunakan dalam kompos. Namun pengomposan tidak tersedia secara luas di Australia, sehingga cangkir yang diletakkan dalam mesin pembuatan kompos rumah tangga atau masyarakat, kebanyakan cangkir kopi masih utuh dan berakhir di TPA. Biodegradable: Umumnya, ini melibatkan proses yang menggunakan aditif dalam lapisan plastik berbasis minyak yang akan memecah ketika kekurangan oksigen. Tapi bukti ilmiah belum cukup membuktikan bahwa proses  ini sebenarnya bekerja. Ada empat hal praktis yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi limbah cangkir sekali pakai tanpa berarti harus meninggalkan ritual minum kopi Anda setiap hari.
Jangan bawa pulang — minum kopi Anda dari cangkir keramik di cafe• Bawa cangkir isi ulang Anda sendiri• Tolak menggunakan tutup plastik – jika Anda tidak memerlukan tutup tidak usah meminta tutup• Pilih cangkir yang terbuat dari bahan yang menggunakan bahan yang bisa cepat terurai seperti dari pohon yang bersumber dari perkebunan kayu dan pisahkan cangkir itu ketika membuangnya ke tempat sampah. 

Kebiasaan mengkonsumsi kopi yang terus meningkat di Australia ternyata bisa memicu kerusakan lebih besar dari yang kita perkirakan. Pakar lingkungan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News