Cannsatter Volkfest, Festival Musim Panen Jerman yang Terinspirasi Letusan Gunung Tambora

Harus Kenakan Dresscode, Tak Boleh Merokok di Tenda

Cannsatter Volkfest, Festival Musim Panen Jerman yang Terinspirasi Letusan Gunung Tambora
Cannsatter Volkfest, Festival Musim Panen Jerman yang Terinspirasi Letusan Gunung Tambora
Raja Wilhem memerintahkan arsiteknya, Nikolaus Thouret, membuat sebuah simbol bagi perayaan ini. Hasilnya, sebuah tugu yang dihiasi berbagai hasil panen berdiri di tengah lapangan. Festival itu dari tahun ke tahun semakin berkembang. Awalnya, hanya beberapa tenda bir berdiri di arena festival. Sekarang tak kurang dari tujuh tenda raksasa mendominasi arena festival.

Setiap tahun sekitar empat juta pengunjung datang ke Stuttgart untuk mengambil bagian dalam festival ini. Hari pertama festival dibuka dengan pawai rakyat. Mereka memamerkan hasil-hasil pertaniannya. Mereka menghias traktor dan kereta kuda dengan berbagai macam sayuran dan buah. Mereka juga membagi-bagikan suvenir sesuai dengan hasil pertanian ataupun produk olahan pertanian mereka kepada pengunjung di sepanjang rute pawai.

Mulai pasta yang terbuat dari kentang, buah-buahan, aneka macam makanan ringan, permen, bir, dan juga anggur. Para pengunjung festival kompak mengenakan dresscode pakaian daerah masing-masing. Kaum laki-laki mengenakan celana kulit cokelat sepanjang lutut, kemeja kotak-kotak, dan bretel. Sementara para wanita memakai rok selutut berwarna-warni, dengan lapisan mirip celemek, dan kemeja putih.

Pemandangan seperti itu umum dijumpai di arena festival. Tua muda, semuanya kompak mengenakan "kostum" festival. Umumnya mereka datang dengan satu tujuan untuk minum bir dan makan. "Bir adalah bagian dari tradisi kami," lanjutnya.

Festival Cannstatter erat hubungannya dengan Indonesia. Jika saja pada 1815 Gunung Tambora di Sumbawa tidak meletus, mungkin festival rakyat terbesar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News