Cannsatter Volkfest, Festival Musim Panen Jerman yang Terinspirasi Letusan Gunung Tambora
Harus Kenakan Dresscode, Tak Boleh Merokok di Tenda
Rabu, 13 Oktober 2010 – 07:07 WIB
Raja Wilhem memerintahkan arsiteknya, Nikolaus Thouret, membuat sebuah simbol bagi perayaan ini. Hasilnya, sebuah tugu yang dihiasi berbagai hasil panen berdiri di tengah lapangan. Festival itu dari tahun ke tahun semakin berkembang. Awalnya, hanya beberapa tenda bir berdiri di arena festival. Sekarang tak kurang dari tujuh tenda raksasa mendominasi arena festival.
Setiap tahun sekitar empat juta pengunjung datang ke Stuttgart untuk mengambil bagian dalam festival ini. Hari pertama festival dibuka dengan pawai rakyat. Mereka memamerkan hasil-hasil pertaniannya. Mereka menghias traktor dan kereta kuda dengan berbagai macam sayuran dan buah. Mereka juga membagi-bagikan suvenir sesuai dengan hasil pertanian ataupun produk olahan pertanian mereka kepada pengunjung di sepanjang rute pawai.
Mulai pasta yang terbuat dari kentang, buah-buahan, aneka macam makanan ringan, permen, bir, dan juga anggur. Para pengunjung festival kompak mengenakan dresscode pakaian daerah masing-masing. Kaum laki-laki mengenakan celana kulit cokelat sepanjang lutut, kemeja kotak-kotak, dan bretel. Sementara para wanita memakai rok selutut berwarna-warni, dengan lapisan mirip celemek, dan kemeja putih.
Pemandangan seperti itu umum dijumpai di arena festival. Tua muda, semuanya kompak mengenakan "kostum" festival. Umumnya mereka datang dengan satu tujuan untuk minum bir dan makan. "Bir adalah bagian dari tradisi kami," lanjutnya.
Festival Cannstatter erat hubungannya dengan Indonesia. Jika saja pada 1815 Gunung Tambora di Sumbawa tidak meletus, mungkin festival rakyat terbesar
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408