Cara Berpikir Rancu di Kurikulum Baru

Cara Berpikir Rancu di Kurikulum Baru
Mohammad Abduhzen. Foto: M Fathra Nazrul Islam/JPNN
Kalau soal tematik itu sendiri, apa tidak cocok pengembangannya ke sana?

Sebetulnya itu sebuah model pembelajaran yang cocok dengan landasan pembelajaran dari definisi pasal 1 ayat 1 UU Sisdiknas. Cocok itu. Karena menekankan aktif learning dan pembelajaran tematik dan integratif itu hanya bisa terlaksana kalau pembelajaran itu aktif learning. Nah, tapi ini kan sebuah model pembalajaran yang tidak mudah untuk diterapkan oleh guru-guru sehubungan dengan pengalaman dan kebiasaan mengajar guru di sekolah-sekolah kita yang satu arah. Makanya memerlukan sebuah upaya, bukan sekedar pelatihan, tapi ada desain dan strategi di dalam mengubah model pembelajaran itu, metodologinya.

Idealnya seperti apa pelatihan guru untuk model tematik ini?

Pelatihan guru yang cocok untuk pembelajaran tematik dan integratif, menurut saya adalah pelatihan guru yang dikemas sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya pelatihan yang bersifat dialogis dan partisipatif, bukan ceramah, bukan perintah, bukan berjarak antara guru dengan pelatihnya. Jadi pelatihan yang memang bisa mengubah seseorang dalam grup. Ada metode pelatihan yang disebut dengan pendekatan dynamic grup, jadi grup yang dinamis, sehingga orang bisa berubah ketika dia masuk ke dalam grup itu. Ini harus memerlukan kecakapan instruktur sendiri.

Contohnya?

Misalnya ada pelatihan-pelatihan dalam korporasi itu, AMT (Achiefment Motivation Training) itu sudah sangat popular. Contohnya seperti itu. Pelatihan bisa juga dilakukan berjenjang, artinya kita harus memulai dengan adanya cikal bakal. Siapa? Ini tentu orang-orang yang mengerti training, bisa mentraining dan punya pengalaman mentraining serta punya visi, pengetahuan, ideology, dan filosofi pendidikan. Orangnya tidak perlu banyak, cukup 5 orang untuk mendesain model pelatihan guru, kemudian rumuskan desain pelatihannya, mencoba strateginya. Mulai dari bagaimana merekrut guru sampai pelatihan ke daerah.

PEMERINTAH yakin dengan mengubah kurikulum mampu mengubah generasi bangsa. Makanya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ngotot kurikulum

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News