Cara Konjen RI Hongkong Mengelola TKW Kita (1)
Kursus Kecantikan agar Tak Jadi TKW Abadi
Senin, 15 Juni 2009 – 07:12 WIB
Suasana kondusif itulah yang membuat remiten sosial (ide-ide, perilaku, identitas, dan kapital sosial) TKW Hongkong lebih menonjol jika dibandingkan dengan TKW dari negara lain. Penelitian yang dilakukan Wulan (2008) menunjukan bahwa TKW yang pulang dari Hongkong terlihat lebih pandai, lebih punya perencanaan untuk masa depan, dan punya banyak keterampilan daripada yang pulang dari Malaysia, Arab Saudi, dan Singapura.
Menurut Ferry Adamhar, meski kondisi TKW di Hongkong relatif lebih baik ketimbang di negara lain, bukan berarti tidak ada persoalan. Dia membagi persoalan yang ada dalam dua kategori besar, yaitu struktural dan kultural. Dua persoalan itu membutuhkan penanganan yang berbeda. Berkat perhatiannya yang intens selama satu setengah tahun menjadi konsul di Hongkong, dia bisa merumuskan apa saja yang telah dan harus dilakukan.
Pengalamannya itulah yang lantas dituangkan dalam buku yang berjudul Rumah yang Ramah: Menuju Palayanan Berbasis Perlindungan bagi TKI di Hongkong. Apa saja yang telah dia lakukan sehingga patut ditiru oleh pejabat kita di luar negeri yang lain, ikuti lanjutan tulisan ini besok. (bersambung)
SAAT sibuk meeting dengan mitra di Hongkong untuk Project SCAN (Submarine Cable Asia Network) atau kabel fiber optik yang akan menghubungkan Surabaya-Jakarta-Hongkong,
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408