Cara Mongolia Menghormati Tamu Negara

Cara Mongolia Menghormati Tamu Negara
Penulis berpose di depan istana kepresidenan Mongolia yang dijaga pasukan berkuda. Foto : Dokumen Probadi for JPNN
Kabut tipis jelang pergantian musim juga membuat rumput tak sehijau aslinya. Itu bukan kabut sebenarnya, melainkan debu kota Ulan Bator yang terbang terbawa angin dingin.

Iring-iringan mobil Presiden SBY terus melaju dengan sesekali bermanuver menghindari lubang. Guncangan dan getaran keras akan anda rasakan dalam van butut keluaran tahun 1990-an. Mungkin mirip Metro Mini di Jakarta.

Sepanjang perjalanan, masyarakat Ulaan Baatar tampak antusias “menyambut” Presiden Indonesia. Sepertinya alami, bukan mobilisasi yang dilakukan pemerintah kota. Rata-rata masyarakat yang berjajar di trotoar adalah orang dewasa dan pekerja kantor. Pakaian mereka modis dan trendi. Kaum lelaki sebagian mengekan jas, sementara yang remaja stylish layaknya ABG di Jakarta. Kaum perempuan juga tak mau ketinggalan dengan berdandan ala tren Korea dan Jepang. Inilah Mongolia di abad XXI.

Penghormatan yang terkesan “berlebihan” juga tampak dari ratusan polisi yang berdiri setiap 50 meter dari airport hingga tengah pusat di jalur yang dilewati Presiden SBY. Mereka tidak bersenjata dan tampak ramah. Namun kehadiran polisi berbaju biru muda itu cukup untuk mensterilkan jalur rombongan tamu negara dari Indonesia. Jangankan kendaraan, pejalan kaki saja tak boleh melintas. Polisi setempat tinggal mengangkat tangan kanan, maka seluruh aktifitas yang bergerak di hadapannya berhenti seketika.

Mongolia bukanlah negara sembarangan. Sekitar abad XII hingga XIV, Jengis Khan “menguasai dunia” dan menancapkan bendera Mongolian Imperium

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News