Cara Ratri Menerima Kenyataan Sungguh Luar Biasa

Cara Ratri Menerima Kenyataan Sungguh Luar Biasa
Suksma Ratri saat menjadi pembicara pembuka Sidang Istimewa PBB 2008 yang membahas tema HIV/AIDS. Suksma ratri for jawa pos. Foto: Suksma ratri for Jawa Pos

Namun, tahun itu terbuka seleksi untuk menjadi pembicara pembuka Sidang Istimewa PBB yang mengangkat tema besar HIV/AIDS.

”Jadi, ada announcement untuk pembicara Sidang Istimewa PBB dari komunitas. Sama teman kantor, aku disuruh daftar karena kata dia selling point-ku tinggi. Waktu itu usiaku 30-an, perempuan, korban KDRT, dan tertular HIV dari suami. Akhirnya aku terpilih dan berangkat ke New York,” bebernya.

Bagi Ratri, kesempatannya berbicara di Sidang Istimewa PBB adalah capaian yang luar biasa dalam hidupnya. Apalagi, dia terpilih di antara ratusan pelamar dari seluruh dunia.

Kini perempuan yang gemar menulis tersebut kembali menggeluti karir sebagai PR di Solidaridad Network Indonesia, yayasan nirlaba asal Belanda yang berfokus pada pengembangan pertanian dan pemberdayaan petani.

Meski pekerjaannya tidak lagi berkaitan dengan masalah HIV/AIDS, Ratri masih kerap menjadi pembicara di berbagai ajang yang terkait dengan penyakit tersebut.

”Bahkan, sampai ada yang bilang, udah kalau soal HIV, hubungi Ratri saja,” ujar dia, lantas terbahak.

Tidak terasa sudah sepuluh tahun Ratri hidup dengan virus HIV dalam tubuhnya. Beberapa pakar medis memperkirakan harapan hidup penyandang HIV positif seperti Ratri adalah 15 tahun. Artinya, bukan tidak mungkin dalam lima tahun lagi dia menghadapi ajal.

Namun, penulis buku Dari Balik Lima Jeruji dan Siluet dalam Sketsa itu menyikapinya dengan santai.

SUKSMA Ratri tak lantas patah semangat, meski divonis positif HIV. Justru sebaliknya, dia menjalani hari-harinya penuh manfaat. Dia aktif menyosialisasikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News