Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan

Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden

Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
PRA. Arief Natadiningrat, SE, Sultan Kasepuhan Cirebon XIV di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat (Desember 2012). Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Sebuah bangunan kecil yang disebut Mande Jajar berukuran 3 meter x 3 meter pemberian Prabu Siliwangi kepada Pangeran Cakrabuana untuk memimpin Cirebon juga masih ada. Bangunan itu tersimpan di depan Astana Gunung Jati. "Termasuk bangunan dari Demak, Mande Mango, juga masih tersimpan dengan baik di tempat kami," tuturnya.

Astana Gunung Jati sendiri merupakan kompleks makam para sultan Cirebon. Yang paling tinggi makam Sultan Gunung Jati.

Keraton Cirebon juga masih menyimpan dengan baik piring-piring dan keramik dari Tiongkok pemberian salah satu istri Sunan Gunung Jati, Putri Ong Tin Mio, pada abad ke-15. Ada pula berbagai pusaka seperti pedang Sunan Kalijaga, pedang dan jubah Sunan Gunung Jati, golok dari Pajajaran, serta 150 naskah kuno yang tertulis dengan huruf Jawa dan Arab pegon. Naskah tersebut ditulis di lontar, dalurang, dan kertas Eropa.

Berbagai naskah kuno itulah yang akan menjadi PR Kasepuhan Cirebon di bawah pimpinan Arief untuk dibedah secara bertahap mulai tahun ini. "Di dalamnya kami yakini ada ilmu sejarah, pelajaran agama, pengobatan, dan sebagainya. Selama ini belum pernah kami buka," kata sarjana ekonomi dari Jurusan Manajemen Perusahaan Universitas Islam Nusantara Bandung itu.

DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News