Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan

Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden

Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
PRA. Arief Natadiningrat, SE, Sultan Kasepuhan Cirebon XIV di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat (Desember 2012). Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Arief menyadari bahwa pihaknya mempunyai keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Karena itu, selama ini naskah yang diyakini berharga tersebut belum tersentuh. "Kami memiliki keterbatasan SDM, biaya, dan beberapa hal lainnya," akunya.

Soal keterbatasan SDM dan finansial itulah yang selama ini juga menjadi fokus perhatian Arief. Meskipun, disadari bahwa berbagai keunggulan yang dimiliki Kasepuhan Cirebon bisa menjadi potensi wisata dan cagar budaya sehingga bisa menghasilkan pendapatan.

Tapi, pada awal bertakhta, Arief tidak terlalu percaya diri untuk benar-benar membuka keraton sebagai objek wisata murni. Ada problem klasik yang harus dia selesaikan, yaitu masalah ketertiban serta kebersihan di lingkungan keraton dan lingkungan sekitar.

Keraton Kasepuhan Cirebon dikelilingi 8 RW (rukun warga) yang dibatasi pagar. Sayang, kesadaran warga bahwa kasepuhan itu merupakan aset berharga masih sangat rendah. Lingkungan keraton tidak beda dengan ladang pembuangan sampah. Warga membuang sampah dengan melemparnya melewati pagar pembatas. Begitu setiap hari. Lama-kelamaan sampah pun menumpuk di halaman keraton.

DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News