Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden
Jumat, 04 Januari 2013 – 09:12 WIB
Arief menyadari bahwa pihaknya mempunyai keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Karena itu, selama ini naskah yang diyakini berharga tersebut belum tersentuh. "Kami memiliki keterbatasan SDM, biaya, dan beberapa hal lainnya," akunya.
Soal keterbatasan SDM dan finansial itulah yang selama ini juga menjadi fokus perhatian Arief. Meskipun, disadari bahwa berbagai keunggulan yang dimiliki Kasepuhan Cirebon bisa menjadi potensi wisata dan cagar budaya sehingga bisa menghasilkan pendapatan.
Tapi, pada awal bertakhta, Arief tidak terlalu percaya diri untuk benar-benar membuka keraton sebagai objek wisata murni. Ada problem klasik yang harus dia selesaikan, yaitu masalah ketertiban serta kebersihan di lingkungan keraton dan lingkungan sekitar.
Keraton Kasepuhan Cirebon dikelilingi 8 RW (rukun warga) yang dibatasi pagar. Sayang, kesadaran warga bahwa kasepuhan itu merupakan aset berharga masih sangat rendah. Lingkungan keraton tidak beda dengan ladang pembuangan sampah. Warga membuang sampah dengan melemparnya melewati pagar pembatas. Begitu setiap hari. Lama-kelamaan sampah pun menumpuk di halaman keraton.
DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala