Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan

Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden

Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
PRA. Arief Natadiningrat, SE, Sultan Kasepuhan Cirebon XIV di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat (Desember 2012). Foto: Sugeng Sulaksono / Jawa Pos
Tentu saja setiap wisatawan yang masuk ke keraton dikenai biaya. Untuk para pelajar, tiket masuk seharga Rp 2.000. Turis domestik dipatok tarif Rp 5.000. Sedangkan tiket untuk turis asing Rp 10.000 per orang. Uang dari tiket itu semata-mata digunakan untuk biaya perawatan aset negara tersebut.

"Tarif ini paling murah se-Indonesia. Coba bandingkan dengan lokasi wisata cagar budaya lainnya," jelas dia.

Penguatan finansial menjadi fokus Arief berikutnya dalam upaya pembenahan Kasepuhan Cirebon agar tetap eksis. Upaya itu sudah dimulai dengan perombakan struktur pengelolaan objek wisata agar lebih profesional. Di lingkungan keraton itu kini ada sekitar 100 pekerja yang siap melayani para wisatawan. Sebelumnya, jumlah pegawai hanya 30 orang.

Honor pekerja juga ditingkatkan rata-rata 300 persen dengan komposisi beragam. Misalnya, bila sebelumnya hanya mendapat honor Rp 1.000 per hari, kini naik menjadi Rp 3.000. Yang semula Rp 5.000 naik menjadi Rp 12 ribu.

DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News