Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
Mulai Undang Ketua RW hingga Temui Presiden
Jumat, 04 Januari 2013 – 09:12 WIB
Di 200 situs itu, secara tradisi diangkat juru kunci yang juga menjadi tanggung jawab kasepuhan. Misalnya di Astana Gunung Jati yang dipimpin seorang jeneng yang membawahkan 4 bekel sepuh, 8 bekel anom, 10 juru mudi, dan 10 keraman. Begitu juga di Masjid Agung, kasepuhan mesti mengurusi 16 abdi dalem.
Mereka boleh bekerja di tempat lain jika sedang sepi tamu. Itu dilakukan agar mereka bisa menghidupi rumah tangga masing-masing. Pasalnya, honor mereka dari keraton tak seberapa. "Saya sedang memikirkan bagaimana me-manage mereka secara profesional sehingga kehidupan mereka bisa terangkat," papar Arief.
Arief mengaku tidak memiliki ambisi muluk-muluk dari jabatannya sebagai raja. Dia hanya ingin menyelesaikan segala persoalan hingga menemukan sistem manajerial keraton yang paten.
"Saya berharap, kelak keraton sebagai pusat budaya dan destinasi pariwisata bisa berdampak positif bagi masyarakat dan negara," tandas ketua Badan Pekerja Silaturahmi Nasional Raja-Sultan Nusantara itu. (*/ari)
DALAM dua tahun pertama menjadi sultan Keraton Kasepuhan Cirebon, Arief Natadiningrat hanya berfokus pada kebersihan dan ketertiban lingkungan keraton.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala