Catatan dari World Media Summit di Beijing

Harta Utama yang Diserahkan secara Cuma-Cuma

Catatan dari World Media Summit di Beijing
Catatan dari World Media Summit di Beijing
World Media Summit di Beijing pada 9-10 Oktober lalu menyadarkan bahwa media cetak dengan sejarahnya yang panjang itu sebenarnya masih memiliki kemampuan yang luar biasa: content. Yakni, karya jurnalistik profesional yang bermutu tinggi, yang dikerjakan dengan prinsip-prinsip yang kuat, dan yang ditulis dengan kalimat-kalimat yang indah.

Rupanya, hanya karena panik dan terus-menerus berada dalam kesulitan mengatasi perkembangan internet, media cetak sampai lupa akan kemampuannya sendiri itu.

Tiongkok memang pernah mengalami kesulitan yang luar biasa. Bahkan, jauh lebih berat daripada kesulitan yang dialami media cetak sekarang ini. Begitu sulitnya sampai-sampai Tiongkok jatuh ke status negara miskin. Lalu merosot lagi menjadi negara sangat miskin. Bahkan, beberapa tahun kemudian jatuh lagi dan masuk dalam kategori sebagai negara gagal.

Saat itulah Mao Zedong masih memiliki sisa-sisa harapan dan optimisme. Dia ucapkan kata-kata yang kini dipakai untuk menyemangati dunia cetak sedunia yang umumnya tentu anti-Mao itu. Lalu dicarilah kemampuan apa yang masih dimiliki media cetak. Ternyata ada: karya jurnalistik itu.

Persoalannya, media cetak telah salah langkah sejak awal. Media cetak telah membiarkan "harta utamanya" yang berupa content itu diambil begitu saja secara gratis oleh internet. Bahkan, banyak yang sebelum diambil pun sudah diberikannya dengan sukarela.

"Ketika berada di tengah-tengah kesulitan yang berat, jangan sekali-kali melupakan kemampuan diri sendiri". Itulah akibatnya kalau Pertemuan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News