Catatan Demokrat: Demokrasi Makin Merosot, Membandingkan Era SBY dengan Jokowi

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan dalam beberapa tahun terakhir indeks demokrasi Indonesia makin merosot. Puncaknya terjadi pada 2021.
"Pertama, rakyat makin takut bicara politik di muka publik. Survei SMRC dan Indikator berhasil merekam ini," kata Herzaky dalam catatan Demokrat yang diterima JPNN.com, Jumat (31/12).
Menurut dia, orang membicarakan hal yang berbeda atau mengkritik pemerintah bisa berujung dipolisikan, di-doxing, bahkan diretas akun media sosialnya.
"Berdialektika yang merupakan ruh dari demokrasi, kini menjadi barang langka," ucap Herzaky.
Alumnus Universitas Indonesia (UI) itu juga menyatakan demokrasi di negeri ini berjalan mundur dan berada di titik terendah dalam empat belas tahun terakhir.
Dia bahkan menyebut beberapa lembaga kredibel internasional mengategorikan demokrasi di Indonesia sebagai demokrasi cacat.
"Dari The Economist Intelligence Unit, lalu Freedom House, lembaga pemerhati Demokrasi dunia yang didirikan Eleanor Roosevelt, sampai ke The Australian University yang membahas kemunduran demokrasi Indonesia dari stagnasi menuju regresi," tuturnya.
Menurut Herzaky, hal itu terlihat saat 100 ilmuwan sosial politik Indonesia bersama LP3ES merangkum kemunduran demokrasi Indonesia ini dalam satu buku bertajuk "Demokrasi tanpa Demos".
Herzaky Mahendra Putra sampaikan catatan Demokrat yang menyatakan demokrasi di Indonesia makin merosot. Lalu membandingkan SBY dengan Jokowi.
- NasDem Menghormati Jika Jokowi Pilih Gabung PSI
- Agust Jovan Latuconsina Layak Jadi Wasekjen Demokrat: Energik dan Bertalenta
- Hasil Survei Cigmark Tentang Ketua Wantimpres, Setia Darma: Jokowi Cocok dan Layak
- Apakah Jokowi Akan Bergabung dengan PSI? Begini Analisis Pakar
- Sinyal Jokowi Gabung PSI Makin Kuat, Golkar: Pasti Ada Hitungan Politik
- Pengamat Politik Sebut Wajar Jokowi Diunggulkan Jadi Ketua Wantimpres RI